SEKELUMIT SEJARAH GEREJA
HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN (HKBP)
MANDALA I RESSORT MANDALA I
Frida Claudia Sianipar
4172131017
Pendidikan Bilingual Kimia
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jl. William Iskandar, Medan
Frida.snips28@gmail.com
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) sejarah berdirinya HKBP Mandala I, (2) perkembangan Gereja HKBP Mandala I, (3) kondisi gereja HKBP Mandala I ditengah kota Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, yang terdiri dari: melakukan miniriset ke lokasi gereja, pengumpulan sumber/data, membandingkan sumber dengan sumber lain dan analisis. Hasil penelitian ini adalah; gereja HKBP Mandala I adalah pembentukan gereja yang mengalami perkembangan dari hasil pemindahan warga jemaat ke daerah Mandala oleh pemerintah. Gereja ini semakin berkembang dari suatu pagaran menjadi resort HKBP Mandala I. Pembangunan yang semakin meningkat tahap demi tahap yakni dari segi bangunan dan alat musik yang dipakai sudah semakin modern dan baik.
1.Pendahuluan
Belajar sejarah itu penting, sejarah Gereja adalah sejarah umat Tuhan, sejarah orang-orang percaya yang belajar untuk setia dan taat kepada firman Tuhan, Raja Gereja. Dengan mengetahui dan belajar sejarah gereja kita seakan-akan diajak untuk menapak tilas, bagaimana perjuangan orang-orang percaya itu untuk bertumbuh bersama, bergumul ber sama, dan menikmati bersama berkat dan penyertaan Tuhan Yesus. Di dalam perjalanan gereja, baik gereja mula-mula maupun gereja di zaman modern kita melihat bagaimana tantangan dan hambatan yang dialami oleh gereja, kita dapat mengambil hikmah tentang bagaimana suatu hal itu berhasil dilakukan atau mengapa terjadi perpecahan di tubuh Kristus yang satu itu.
Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) merupakan satu dari berbagai macam gereja Kristen Protestan yang ada di Indonesia.HKBP merupakan gereja Kristen yang berkembang dengan kebudayaan Batak.Gereja HKBP ini memiliki penyebaran yang cukup luas di Indonesia, ini seiring dengan penyebaran orang-orang yang berasal dari suku Batak di seluruh Indonesia.Gereja HKBP memiliki anggota mayoritas suku Batak. Oleh karena itu Anggota HKBP dalam hidupnya menghayati Dalihan Na Tolu. Yakni melarang pernikahan semarga. Gereja HKBP menerima prinsip melarang pernikahan semarga ini agar tidak terjadi kekacauan di masyarakat. Sebagaimana dikatakan Rasul Paulus agar semuanya berlangsung secara teratur (I Kor 14:40) dan rapih tersusun (Ef 4:16) ( Parulian, 2013).
Melihat banyaknya gereja yang terdapat pada daerah Mandala khusunya gereja HKBP, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai: (1) sejarah berdirinya HKBP Mandala I, (2) perkembangan Gereja HKBP Mandala I, (3) kondisi gereja HKBP Mandala I ditengah kota Medan. Sejarah Gereja HKBP Mandala I yang dipaparkan di sini sesungguhnya adalah sebagian kecil dari peristiwa penting yang telah dialami bersama seluruh jemaat. Ada banyak catatan-catatan penting yang tidak dimuat di sini.
Il. Metode
Keberhasilan dalam suatu penelitian ilmiah bergantung pada cara atau metode yang digunakan dalam suatu penelitian. Penelitian ini mengunakan metode sejarah. Karena penelitian ini berhubungan dengan kenyataan yang terjadi pada masa lampau. Pengertian metode penelitian sejarah adalah penyelidikan yang seksama dan teliti terhadap suatu masalah, atau untuk menyokong atau menolak suatu teori (Hilbish 1952). Sedangkan menurut Gilbert J. Garragham (1957:33), bahwa Metode Penelitian Sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumbersumber sejarah secara efektif , menilainya secara kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis.
Sebagian besar dari peristiwa penting sejarah gereja HKBP Mandala I tidak dapat lagi kita temukan karena kurangnya perhatian untuk mengarsipkannya di masa-masa yang lalu. Secara umum bahan utama penulisan sejarah gereja adalah dokumen barita jujur taon (bericht) dan tingting (warta jemaat), sebab di sana secara akurat tertulis berbagai peristiwa penting yang dilakukan oleh jemaat. Selain itu, keterangan dari saksi mata (warga jemaat perdana/penatua) juga dapat dijadikan sebagai bahan pendukung. Ada banyak hal yang terjadi tentunya tidak otomatis terlaksana secara demikian, namun terdorong oleh berbagai faktor yang melatarbelakanginya. Hal inilah yang dapat kita peroleh dari para pelaku sejarah.
III. Hasil dan Pembahasan
1. Latar Belakang Pendirian HKBP Mandala I
Pada tahun 1950-an orang Batak Kristen telah menempati/mendiami (menggarap) tanah PTPN di sekitar JI. Pancing (dikenal dengan istilah Kebun Pisang) yang tidak dikelola. Hingga pada tahun 1962 pemerintah Kab. Deli Serdang menertibkan penduduk dengan cara memindahkan mereka ke daerah Mandala. Ketika itu mereka yang ditertibkan sebenarnya sudah menjadi anggota jemaat Sidorejo (huria pagaran dari HKBP Sidorame). Dikarenakan jarak antara Mandala dan HKBP Sidorejo sudah lumayan jauh, akhirnya jemaat (± 45 KK) bersepakat untuk membentuk satu pos pelayanan di Mandala. Maka dibentuklah panitia untuk pengadaan tempat, yakni: B.P. Hutapea, S. Silaban, J. Silalahi dan H.B. Gurning. Panitia ini jugalah yang mengusulkan agar mereka yang tadinya merupakan pelayan di HKBP Sidorejo, yaitu Gr. Julius Simbolon, St. M.T. Purba, St. A. Berutu, St. W. Sihombing dan St K. Simangunsong untuk memimpin persekutuan yang baru terbentuk ini. Pada tanggal 04 Nopember 1962 panitia telah berhasil memperoleh tempat ibadah sementara yaitu di Sekolah Rakyat Mandala, dengan demikian pada ibadah perdana dapat berlangsung pada hari Minggu, 11 Nopember 1962. Karena kondisi yang kurang mendukung untuk tempat ibadah, pada tanggal 18 Desember 1962 panitia meminjam tanah M. Manik di JI. Tangguk Bongkar IV untuk dibangun satu gereja sementara. Gereja sementara ini dapat dibangun hanya dalam waktu tiga hari lamanya, sehingga pada Malam Natal, 24 Desember 1962 jemaat dapat beribadah di sana.
Pada Minggu pertama setelah tahun baru, yaitu tanggal 06 Januari 1963, Pendeta HKBP Ressort Sidorame, yaitu Pdt. A. Panjaitan datang melakukan kunjungan pastoral sembari merayakan tahun baru dan melihat gedung gereja yang telah didirikan. Pertemuan itu sekaligus membicarakan rencana pelaksanaan pesta untuk pengumpulan dana yang akan digunakan untuk membangun gereja. Dari hasil pertemuan tersebut maka terlaksana pesta pembangunan yang pertama sekali pada Minggu, 03 Februari 1963 yang dipimpin oleh Pdt. D. Simangungsong yang diutus oleh Pendeta HKBP Ressort Sidorame. Minggu berikutnya, yaitu tanggal 10 Pebruari 1963 dilaksanakanlah rapat huria yang perdana untuk memilih dan menetapkan pengurus gereja yang akan melayani. Namun, berselang beberapa hari setelah rapat tersebut timbul persoalan di antara jemaat karena rasa ketidakpuasan atas hasil keputusan rapat tersebut. Pada hari Minggu, 17 Pebruari 1963 terjadilah skisma di tubuh gereja yang masih muda ini. Mereka yang tidak setuju kepada hasil rapat tersebut membentuk persekutuan baru di Jl. Tangguk Bongkar VII (Cikal bakal HKBP Blok III yang berganti nama menjadi HKBP Trinity Ressort Trinity Mandala). Berulangkali dan dengan berbagai cara telah diupayakan oleh Pendeta HKBP Ressort Sidorame untuk menyatukan kedua belah pihak, namun upaya tersebut gagal. Rapat di tingkat Ressort yang dilaksanakan pada tanggal 14 Juni 1963 di HKBP Sidorame pun tidak berhasil (gagal). Rapat terakhir yang dilaksanakan dalam upaya mendamaikan kedua pihak di tanggal 30 Juni 1963 pun tidak mampu mempersatukan kedua pihak. Akhirnya, Pdt. A. Panjaitan mengambil jalan tengah dengan mengakui kedua pihak.
Walaupun terjadi skisma di gereja yang masih muda ini, pelayanan tetap terlaksana. Pada hari Minggu, 28 April 1963, dilaksanakanlah pembaptisan anak-anak yang dilayani oleh Pdt. A Simanungkallt. Oleh karena inilah pertama sekali gereja melaksanakan pembaptisan, maka ditetapkanlah tanggal ini menjadi hari lahirnya HKBP Mandala I yang menjadi gereja pagaran dari HKBP Ressort Medan Timur. Dalam masa upaya damai tersebut, panitia dan parhalado juga telah mengupayakan untuk mendapatkan pertapakan untuk gereja. Upaya tersebut mendapatkan hasil yang baik, di mana panitia memperoleh satu pertapakan dari M. Simatupang, lokasi Inilah menjadi alamat gereja hingga hari ini, yakni di JI. Tangguk Bongkar V No. 79. Pada tanggal 26 Mei 1963 bangunan gereja yang berada di JI. Tangguk Bongkar IV (Gg. Hotma) dipindahkan dengan cara diangkat seutuhnya .
Di kemudian hari dalam upaya penatalayanan yang semakin baik HKBP Distrik X Medan Aceh melihat bahwa lokasi gereja HKBP Mandala I lebih dekat ke HKBP Ressort Medan (Teladan) dengan mempertimbangkan batas-batas wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah. Oleh karena hal itu, parhalado berkordinasi dengan Pendeta HKBP Ressort Medan I (Teladan) agar HKBP Mandala I menjadi huria pagaran dari HKBP Ressort Medan I. Pendeta HKBP Ressort Medan I menyambut dengan baik usulan tersebut yang ditunjukkan dengan kunjungan pastoral yang dilakukan pada tanggal 8 September 1963. Pada tanggal 20 Oktober 1963 HKBP Mandala I melayani pembaptisan anak-anak untuk kedua kalinya, ketika itu jumlah jemaat 60 KK
2. Perkembangan HKBP Mandala I
2.1 Dari Pagaran menjadi Sabungan
Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas bahwa pada awalnya HKBP Mandala I adalah gereja pagaran dari HKBP Ressort Sidorame. Namun karena upaya penatalayanan yang semakin baik, akhirnya HKBP Mandala I diusulkan untuk menjadi huria pagaran dari HKBP Ressort Medan . Usulan tersebut disambut baik oleh Praeses HKBP Distrik X Medan Aceh, yaitu Pdt. B. Napitupulu, maka dilaksanakanlah ibadah peresmian HKBP Mandala I menjadi jemaat penuh (huria na gok) pada tanggal 08 Desember 1963 melalui Surat Keputusan No. 115/U.D./63 tertanggal 12 Desember 1963.
Pada masa yang kemudian, HKBP Wahidin Baru yang juga adalah jemaat pagaran dari HKBP Ressort Medan I, ingin meningkatkan status mereka menjadi Ressort. Usulan tersebut disertai dengan permohonan agar HKBP Mandala I bersedia menjadi huria pagaran dari HKBP Wahidin Baru. Usulan tersebut diterima oleh Pendeta HKBP Ressort Medan I dan juga parhalado HKBP Mandala I. Maka terhitung sejak Minggu, 22 Mei 1977 HKBP Mandala I menjadi pagaran HKBP Wahidin Baru. Pada tahun 1977 terjadi skisma di HKBP Ressort Medan I yang berdampak kepada geraja-gereja yang menjadi pagarannya. Skisma inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Gereja anggota jemaat dan parhalado HKBP Mandala I yang ikut terpengaruh hingga keluar dari keanggotaan HKBP Mandala I.
Sejak tahun 2000-an keinginan HKBP Mandala I untuk menjadi Ressort sudah ada. Namun karena kondisi keuangan gereja yang tidak memungkinkan, maka keinginan itu ditahan Keinginan untuk menjadi Ressort sesungguhnya dilatarbelakangi oleh beberapa hal: (1) HKBP Mandala I adalah gereja pertama di Mandala. (2) HKBP Blok II (HKBP Trinity Ressort Trinity Mandala; yang pada masa awal pembentukannya adalah hasil skisma HKBP Mandala I) sudah menjadi Ressort. (3) HKBP Perumnas Mandala, HKBP Pelikan dan HKBP Betesda (yang berada di Perumnas Mandala) yang jauh lebih muda sudah menjadi Ressort. (4) HKBP Pelikan dan HKBP Betesda adalah sama-sama pagaran HKBP Ressort Wahidin Baru sudah menjadi Ressort. Faktor pendorong di ataslah yang semakin membulatkan keinginan HKBP Mandala I untuk menjadi Ressort, karena merasa "tertinggal" dari gereja-gereja yang jauh lebih muda (+ 20 tahun)
Pada tahun 2014 keinginan yang semakin menggebu-gebu tersebut mendapat titik terang. Di akhir masa pelayanan Gr. T. Bancin (Pimpinan Jemaat), parhalado dan jemaat mengusulkan ke HKBP Distrik X Medan Aceh agar pimpinan di Pearaja mengutus pendeta untuk memimpin HKBP Mandala I dengan harapan agar nantinya dapat melakukan upaya-upaya pembentukan Ressort. Pada Minggu, 08 Maret 2015, melalui Surat Keputusan Ephorus HKBP, Pdt. Leonardo R. Sinambela, S.Th, M.Pd.K dilantik menjadi pimpinan jemaat HKBP Mandala l. Dalam sambutan jemaat yang diwakili oleh St. M. Samosir pada ibadah pelantikan, kerinduan untuk menjadi Ressort itu disampaikan secara terus terang.
Menanggapi keinginan tersebut, maka Pdt. Leonardo R. Sinambela, S.Th, M.Pd.K menyampaikan ususlan tersebut HKBP Distrik X Medan Aceh, di mana akhirnya Pdt. Kardi Simanjuntak, M.Min datang melakukan kunjungan pastoral untuk meninjau secara langsung dan mendengar pendapat dari jemaat. Maka pada hari Rabu, 19 Agustus 2015 praeses memimpin ibadah partangiangan di HKBP Mandala I sekaligus berdiskusi dengan jemaat tentang berbagai hal yang harus dipenuhi huria sebagai syarat menjadi Ressort. Atas dukungan Praeses HKBP Distrik X Medan Aceh, maka pimpinan jemaat dan parhalado huria berupaya melengkapi berbagai persyaratan yang harus dipenuhi. Upaya tersebut memperoleh hasil yang baik, sebab pada tanggal 27 Desember 2015 Praeses HKBP Distrik X Medan Aceh mengeluarkan Surat Keputusan tentang HKBP Persiapan Ressort Mandala I, maka dalam ibadah Minggu, 27 Desember 2015, Pdt. Tionggar Nababan, S.Th (Kabid Marturia) melantik Pdt. Leonardo R. Sinambela, S.Th, M.Pd.K menjadi Pendeta HKBP Persiapan Ressort Mandala I. Pada Ibadah tersebut juga dilantik Panitia Persiapan Ressort Mandala I, di mana St. H.W. Rumaijuk terpilih menjadi ketua. Dalam masa persiapan ressort tersebut, panitia dan parhalado bekerja dengan ekstra agar dalam waktu sesingkat mungkin status huria pagaran dapat berganti menjadi Ressort. Dalam rapat Parhalado HKBP Ressort Wahidin Baru, Pdt. Gerhard P. Sihombing, M.Th pada akhirnya memberi rekomendasi atas permohonan HKBP Mandala I. Maka, pada tanggal 22 Mei 2016, HKBP Mandala I resmi menjadi Ressort yang ditandai dengan Surat Keputusan Ephorus HKBP. Ibadah Peresmian HKBP Ressort Mandala I dipimpin oleh Praeses HKBP Distrik X Medan Aceh, Pdt. Kardi Simanjuntak, S.Th, M.Min.
Buah yang nyata dalam peningkatan status dari pagaran menjadi sabungan (gereja ressort) HKBP Mandala I membentuk satu jemaat filial (pagaran/stasi) baru di Pasar Desa Amplas, Kec. Bandar Kalipah yang diberi nama HKBP Nommensen. Gereja ini telah berdiri sejak tahun 2015 dan menjadi huria na gok (jemaat penuh) pada tahun 2016. Kini, gereja HKBP Nommensen sedang dalam tahapan pembangunan rumah ibadah, di mana hingga saat ini jemaat sebanyak ± 10 KK. Semoga dalam waktu yang tidak lama lagi pembangunan rumah ibadah tersebut bisa selesai dan baik, karena berdiri di daerah yang masih sepi, dengan harapan bahwa orang Batak ke daerah tersebut akan bergabung menjadi anggota jemaat. jemaat semakin bertambah. Kita optimis bahwa gereja ini akan berkembang dengan baik, karena berdiri di daerah yang masih sepi, dengan harapan bahwa orang Batak yang pindah ke daerah tersebut akan bergabung menjadi anggota jemaat.
2.2 Pembangunan
Sejak berdirinya hingga saat ini HKBP Mandala I telah berjuang dengan sepenuh hati untuk membangun HKBP Mandala I, dari dinding tepat dan lantai kayu, setahap demi setahap gedung gereja HKBP Mandala I dibangun hingga menjadi gedung yang permanen. Tidak diketahul sudah berapa kali diadakan pesta pembangunan maupun pesta syukur lainnya yang hasilnya untuk pembangunan. Seluruh inventaris HKBP Mandala I juga adalah hasil pesta, diperlengkapi setahap demi setahap. Seluruh harta huria saat ini adalah buah iman orang percaya, persembahan dari hasil jerih payah selama 50 tahun lebih.
Sejak berdiri hingga hari ini jumlah jemaat HKBP Mandala I memang tidak jauh dari angka 200 KK. Perumnas Mandala tadinya diharapkan dapat menjadi pemicu pertambahan jemaat, namurn karena orang Batak Kristen mendapatkan lokasi pertapakan gereja, mereka akhirnya mendirikan gereja sendiri. Walaupun dengan jumlah jemaat yang tidak pernah lebih dari 200 KK, HKBP Mandala I selalu berupaya untuk berdiri sejajar dengan gereja yang jauh lebih besar sumber dayanya. Salah satu yang dapat disebutkan adalah musik tiup gereja. Sejak dibentuk pada tahun 1980an hingga hari ini, ibadah di gereja HKBP Mandala I selalu diringi oleh musik tiup terompet. Konon kabarnya, HKBP Mandala I adalah gereja pertama di kota Medan yang demikian, bahkan mungkin pada masa kini juga hanya HKBP Mandala I yang masih bertahan dengan musik tiup Terompet (kalau Seksepon banyak). Mengapa demikian? Pembukaan wilayah pemungkiman baru di tahun 1980an yaitu sebagai gereja Ressort, kini HKBP Mandala I berupaya untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik, agar orang-orang semakin percaya kepada Tuhan Yesus. Penatalayanan di bidang keuangan yang transparan dan akuntabel dan penatua yang memiliki kompetensi, adalah dua bidang yang selalu harus menjadi pokok perhatian. Semoga di masa-masa yang akan datang kualitas persekutuan baik di antara warga jemaat dan penatua akan semakin harmonis dan baik sebagai orang yang sama-sama menerima berkat dari Tuhan Yesus Kristus.
IV. Simpulan
Gereja HKBP Mandala I adalah salah satu dari sekian gereja yang berjuang untuk tetap rindu melakukan pelayanan terhadap jemaat agar dapat beribadah setelah pemindahan warga jemaat, dengan proses yang cukup panjang dan sulit yaitu perpecahan dari satu kesatuan menjadi dua. Proses berkembangnya gereja HKBP Mandala I mengalami kenaikan yang signifikan dimana selalu mengalami kenaikan tahap demi tahap hingga saat ini dapat menjadi resort Mandala I. Semuanya ini merupakan adalah rasa rindu untuk dapat melayani dan beribadah kepada Tuhan.
Kondisi gereja HKBP Mandala I yang berada di tengah-tengah kota Medan yang semakin mengalami peningkatan pembangunan gereja. Dahulunya dinding yang berasal dari kayu dan lantai tanah hingga saat ini menjadi bangunan permanen dengan dinding beton dan lantai keramik serta alat musik yang digunakan sudah semakin berkembang menggunakan terompet, drum dll.
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, J. S., 1988, Sejarah Pendidikan Kristen di Tanah Batak, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Berkhof, H, 2005, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Parulian, R. P., 2013, Peranan Gereja Hkbp (Huria Kristen Batak Protestan) Terhadap Perkembangan Toleransi Kehidupan Beragama Masyarakat Kota Semarang Tahun 2000-2010, Indonesian Journal of History Education: 2(7).
Comments
Post a Comment