Amsal 19:21; 23:17-18
"Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana. Janganlah hatimu iri kepada orang-orang berdosa, tetapi takutlah akan Tuhan senantiasa. Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang."
"Gagal untuk berencana berarti berencana untuk gagal." Mungkin Anda pernah mendengar dan setuju dengan kalimat tersebut. Tapi untuk apa Anda berencana kalau toh yang terjadi pasti adalah kendak Allah dan bukan kehendak Anda? Orang percaya berencana secara aktif karena sadar bahwa selama rencananya sejalan dengan keinginan Allah yang ada dalam firmanNya (God's will of desire), ia tidak perlu harus menunggu untuk tahu terlebih dahulu rencana Allah yang spesifik (God's will of direction). Banyak orang Kristen sulit sekali berencana karena bingung berpikir, "Allah mau aku hidup di Australia atau di Indonesia, ambil jurusan engineering atau science, jadi pendeta atau jadi pengusaha, menikah atau melajang?" Itu sebabnya Anda diberi akal budi untuk memikirkan berbagai faktor (kepribadian, kelebihan, kapasitas intelektual, akses, kesempatan), lalu mengambil langkah iman dan membuat keputusan. Bagaimana kalau salah melangkah? Tidak apa-apa, karena kita tahu bahwa kita dapat bersandar pada ketetapan Allah (God's will of decree). Ketetapan Allah merujuk pada kedaulatan Allah dalam segala sesuatu. Berikkut formulanya. Segala sesuatu yang Allah tetapkan pasti akan terjadi dan segala sesuatu yang terjadi pasti terjadi sesuai dengan apa yang Allah tetapkan. Itu sebabnya kita tidak berkata, "Kalau nasib sudah menggariskan... , kalau saya sudah mapan." Tapi kita berkata, "kalau Tuhan menghendaki" - itu jauh lebih aman, lebih pasti, lebih memberi harapan. Pendek kata begini, ada tiga kebodohan umum dalam berencana. Pertama, tidak membuat rencana itu bodoh. Kedua, membuat rencana tanpa melibatkan Allah juga bodoh. Ketiga, membuat rencana dengan berusaha mati-matian terlebih dahulu untuk menemukan rencana Allah yang spesifik bagi Anda, itu juga sama bodohnya. Sebaliknya, sikap yang bijak itu seperti ini. Kita percaya pada apa yang Allah telah tetapkan bagi hidup kita, kita taat pada apa yang Allah inginkan bagi kita, namun kita memakai akal budi kita dan tidak membabi buta mencari tahu dahulu rencana spesifik Allah yang misterius tersebut. Karena kita punya keyakinanyang teguh terhadap ketetapan Allah, kita dapat menaklukkan diri pada keinginan Allah, tanpa perlu khawatir akan rencana Allah ysng spesifik dalam hidup kita.
"Gagal untuk berencana berarti berencana untuk gagal." Mungkin Anda pernah mendengar dan setuju dengan kalimat tersebut. Tapi untuk apa Anda berencana kalau toh yang terjadi pasti adalah kendak Allah dan bukan kehendak Anda? Orang percaya berencana secara aktif karena sadar bahwa selama rencananya sejalan dengan keinginan Allah yang ada dalam firmanNya (God's will of desire), ia tidak perlu harus menunggu untuk tahu terlebih dahulu rencana Allah yang spesifik (God's will of direction). Banyak orang Kristen sulit sekali berencana karena bingung berpikir, "Allah mau aku hidup di Australia atau di Indonesia, ambil jurusan engineering atau science, jadi pendeta atau jadi pengusaha, menikah atau melajang?" Itu sebabnya Anda diberi akal budi untuk memikirkan berbagai faktor (kepribadian, kelebihan, kapasitas intelektual, akses, kesempatan), lalu mengambil langkah iman dan membuat keputusan. Bagaimana kalau salah melangkah? Tidak apa-apa, karena kita tahu bahwa kita dapat bersandar pada ketetapan Allah (God's will of decree). Ketetapan Allah merujuk pada kedaulatan Allah dalam segala sesuatu. Berikkut formulanya. Segala sesuatu yang Allah tetapkan pasti akan terjadi dan segala sesuatu yang terjadi pasti terjadi sesuai dengan apa yang Allah tetapkan. Itu sebabnya kita tidak berkata, "Kalau nasib sudah menggariskan... , kalau saya sudah mapan." Tapi kita berkata, "kalau Tuhan menghendaki" - itu jauh lebih aman, lebih pasti, lebih memberi harapan. Pendek kata begini, ada tiga kebodohan umum dalam berencana. Pertama, tidak membuat rencana itu bodoh. Kedua, membuat rencana tanpa melibatkan Allah juga bodoh. Ketiga, membuat rencana dengan berusaha mati-matian terlebih dahulu untuk menemukan rencana Allah yang spesifik bagi Anda, itu juga sama bodohnya. Sebaliknya, sikap yang bijak itu seperti ini. Kita percaya pada apa yang Allah telah tetapkan bagi hidup kita, kita taat pada apa yang Allah inginkan bagi kita, namun kita memakai akal budi kita dan tidak membabi buta mencari tahu dahulu rencana spesifik Allah yang misterius tersebut. Karena kita punya keyakinanyang teguh terhadap ketetapan Allah, kita dapat menaklukkan diri pada keinginan Allah, tanpa perlu khawatir akan rencana Allah ysng spesifik dalam hidup kita.
Comments
Post a Comment